1. Asal Usul Beksi
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.
1.
Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang
Lenong (usia 84 tahun �ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul
ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun
1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang
bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini
kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu.
Orang local tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung.
Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk
membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu
beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ulmu sihir yang dahsyat.
Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk
mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat
kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam
minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu
ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong. Namun dari sekian
banyak penantangnya belum ada satunpun yang berhasil mengalahkan Ki
Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon
atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong
di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong
dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak
habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak
Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di
rumahnya dia didatangi oleh soerang pemuda yang protes karena singkong
yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena
tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak
Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk
membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan, tidak peduli
waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an. Singkat kata, Pak jidan
menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat
lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi
orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa
dipanggil jika pak jidan memerlukan dengan membakar kemenyan dan membaca
mantra. Ketika orang itu epergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul
dari balik jubahnya danjuga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti
layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia
dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan
Putih. Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti bias adi tengah
pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak
bayar sewaktu makan singkong daganganya, PaK Jidan menedang keranjang
dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun
marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan e tengah arena dan
memaksanya bertarung dengan Ki Kenong. Di luar dugaan, Pak Jidan mampu
mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu.
Menurut legenda, dengan jurus baroneng Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki
Kenong yang terkenal dengan �pukulan tangan berapi�. Ketika ditanya oleh
Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa
namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan
empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan�yang diangkat sebagai
kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.
2.
Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945).
Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki
yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang
hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal
dunia. Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat
dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada
bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak
mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di
anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu. Si ayah
lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau
kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah
selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman
mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai
oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah .
Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan
ke murid-muridnya.demikian beksi pun berkembang.
Dalam
perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada
ilmu maenpukulan ini. Ada yang menartikannya BEKSI= Bserbaktilah Engkau
pada Sesama Insan ....
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar